Sabtu, November 15, 2008

Bahasa Indoensia 4- Menceritakan Cerpen

Pasangan Muda
Prazna Shafira 9C

Menikah dengan pemuda yang aku cintai memang cita-citaku sedari dulu. Pemuda yang berhak menikahikupun tidak boleh sembarang orang. Lelaki itu harus tampan dan mapan. Maka dari itu, sejak aku duduk di bangku SMP, aku sudah mulai berpetualang cinta. Sudah banyak lelaki yang dekat denganku. Tapi semua tidak ada yang bertahan lama. Sampai ketika aku memasuki SMA, hobi berganti pacarpun terus kulanjutkan.

Suatu hari di sekolah, aku bertemu dengan seorang pria tampan yang turun dari mobil mewah. Sejak pertama kali aku melihatnya, aku sudah suka padanya. Betapa senangnya aku ketika tahu bahwa pria itu ternyata sekelas denganku. Ketika ia memperkenalkan diri, baru tahulah aku bahwa nama pria itu adalah Troy. Dia adalah anak pindahan dari sebuah SMA di Jakarta. “Saya anak dari Pak Ryan Epan, pengusaha terkaya di Indonesia” akunya malu-malu. Aku kemudian mempersilakannya duduk semeja denganku. Ia tersenyum manis sembari menyalamiku. Bukan main senangnya diriku, bisa duduk bersama seorang pria tampan yang mapan. “Sesuai kriteria”, pikirku dalam hati. Semenjak perkenalan singkat itu, aku dan Troy semakin akrab.

Tak kusangka ternyata sainganku untuk mendapatkan Troy sangatlah banyak. Teman-teman sekolah ternyata memilki perasaan yang sama denganku. Untungnya aku selalu bisa mendapat kesempatan untuk menarik perhatian Troy. Dan sebentar lagi adalah hari ulang tahunku. Aku ingin mengadakan pesta yang meriah dan akan mengundang seseorang yang sepesial di hari spesialku. Orang itu tidak lain tidak bukan adalah Troy, lelaki impianku. Aku sempat takut ketika akan memberikan undangan ulang tahunku kepada Troy. Aku takut Troy akan menolaknya. Tapi dugaanku salah besar, Troy menerima undanganku seraya berkata, “Aku akan datang ke pesta ulang tahunmu, dan memberimu kado spesial Van” Ingin rasanya aku berteriak dan melompat-lompat kegirangan. Untungnya aku sadar ini adalah sekolah. Aku tak sabar menanti hari spesial itu.


Malam ini, tepat pukul 7 malam adalah hari perayaan ulang tahunku. Aku terlihat cantik mengenakan gaun berwarna ungu muda, sesuai dengan warna kesukaanku. Di depan rumahku terpampang tulisan besar, “HAPPY BIRTHDAY VANESSA DARATISTA” Rasanya ini adalah hari terindah dalam hidupku. Merayakan hari bahagia bersama orang-orang yang aku cintai. Acara sudah akan dimulai, ayahku sedang mempersiapkan pidato yang nanti akan ia bacakan. Namun sejak tadi, aku tidak melihat keberadaan Troy. Aku mulai cemas, “Jangan-jangan Troy berbohong akan datang ke ulang tahunku” gerutuku dalam hati. Karena tamu undangan sudah berkumpul, akhirnya aku memutuskan untuk memulai acara ini tanpa kehadiran Troy.

Ketika akan meniup lilin, tiba-tiba seorang pria berteriak dari ujung sana. “Tunggu Vanessa…” Aku tersentak dan kembali berdiri. Dan ternyata pria yang ada di depan mataku adalah Troy! “Maafin aku ya Van, aku dateng telat. Tadi muter-muter dulu cari kado hehe” sesalnya. “Oh iya gapapa kok Troy, langsung gabung aja ya” aku membalasnya. “Hmm... ini sesuai janjiku” katanya sambil mengeluarkan sebuh kotak cantik berwarna ungu. “Apa ini Troy? Kok jadi ngerepotin gini sih. Makasih banget ya Troy!” “Iya, buka dong Van, spesial banget nih nyarinya aja sampe berjam-jam” pintanya. Perlahan kubuka kotak cantik itu, ternyata isinya sebuah kalung yang dililit kertas. Di kertas itu tertulis “Van, aku suka sama kamu. Mau jadi pacar aku?” Aku tercengang tidak terpercaya. Teman-teman yang lain berebut ingin melihat kado istimewa dari Troy. Aku hanya bisa menunduk. “Jawab dong Van, masa didiemin aja sih” katanya mengangetkanku. “Ii ii ya aku mau jadi pacar kamu Troy” jawabku pelan tapi pasti. “Cieeeeee Vanessa Troy” mereka mengelu-elukan kami. Ah aku tidak percaya semua ini, seperti mimpi. Troy kemudian memakaikanku kalung pemberian darinya berinisial TV. “Makasih banyak ya Van, aku gak akan menyia-yiakan kamu” bisiknya. “Iya Troy, aku percaya sama kamu” jawabku pelan. Acara pun dilanjutkan dan semakin seru. Aku dan Troy selalu bersama, Troy bahkan menemaniku menerima tamu.

Esok hari di sekolah, semua orang sibuk membicarakan aku dan Troy. Sejak aku turun dari mobil, teman-teman sekolahku menyalamiku dan mengucakan selamat. “Selamat ya Van, awet-awet ya lo!” ucap Lena, teman karibku. Berbeda lagi dengan Sarah yang memang terkenal matre, “Van selamat ya. Pj nya dong, kan gue udah rela gak ngejar-ngejar Troy demi lo” Aku hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah laku teman-temanku hari ini. Hampir serupa denganku, Troy juga memiliki nasib yang sama denganku. Lebih parahnya teman-teman Troy justru minta dikenalkan dengan teman-temanku.”Ada-ada aja kelakuan mereka say”, katanya sambil tertawa. Hari ini aku dan Troy berniat mentraktir teman-teman jajan di Warung Bakso Pak Korbin. Warung favorit anak-anak sekolah kami. Senang sekali diriku. Aku merasa memilki kehidupan yang sempurna. Dianugerahi wajah yang rupawan, keluarga yang utuh, teman-teman yang setia dan kini memilki pacar yang sangat aku cintai. Inilah kehidupan yang aku inginkan.

Tak terasa hubunganku dengan Troy sudah menginjak setahun. Kami saling menyanyangi dan mencintai. Di mana ada Troy, disitulah aku. Kami tidak bisa terpisahkan. Hari ini adalah tepat hari satu tahun kebersamaanku dengan Troy. Troy berencana akan mengajakku ke tempat spesial. “Sayang, kamu dandan yang cantik ya. Aku jemput kamu jam 7 di rumah ya. See you dear.” begitulah bunyi pesan singkat darinya. “Kita mau kemana Troy?” jawabku singkat. “Udah deh kamu liat nanti aja. Aku bakal ajak kamu ke tempat spesial.” Kalau sudah begini, aku hanya menurut saja apa kata Troy. Jam sudah menunjukkan pukul 7, aku sudah selesai berdandan. Ketika hendak menelpon Troy, tiba-tiba pintu rumahku diketuk. “Itu pasti Troy” tebakku yakin. Benar saja, Troy memang yang mengetuk pintu rumahku. “Bagus, hari ini kamu Cuma terlambat 10 menit say” pujiku. “Aduh maaf ya say, tadi ada problem dikit hehe. Eh kamu cantik banget Van pake baju ini” ucapnya memuji. “Makasih Troy, kamu juga kelihatan ganteng banget. Jalan sekarang aja yuk” ajakku. Aku bergegas masuk ke dalam mobilnya. Perjalanan malam itu terasa begitu indah. Sesekali Troy menggombal seraya memuji-mujiku.

Setelah 1 jam berkendara, akhirnya sampailah kami di tempat tujuan. “Kamu ngapain ngajak aku ke hotel ini Troy?” tanyaku aneh sekaligus penasaran. “Kita makan di sini aja ya Van, tempatnya romantis banget Van.” jawabnya. Aku menyetujuinya dan mengikutinya memasuki hotel bintang lima tersebut. Ketika memasuki hotel tersebut, aku dan Troy disambut dengan sangat spesial. Layaknya selebriti papan atas. “Keren banget Troy tempatnya, makasih ya sayang.” Ucapku pada Troy. Selain indah tempatnya, makanan di hotel ini pun sangat enak. Selesai makan, pelayan memberikan kami sebotol bir. “Asli buatan Irak, Nyonya.” katanya santun. Aku tidak terbiasa minum bir. Tapi Troy memaksaku terus menerus. Akhirnya aku meneguk segelas saja. Ternyata aku mulai menikmatinya dan mulai ketagihan. Aku terlena dan minum entah berapa gelas. Sampai akhirnya aku berhenti karena merasa perutku sudah tidak sanggup menerimanya. “Ya ampun Van, kok kamu jadi begini? Istirahat di kamar aja ya” Troy lalu menggendongku dan membawaku ke kamar. Aku sudah tidak ingat apapun. Aku merasa pusing dan kemudian tertidur.

Suara alarm telpon genggamku berbunyi dan membangunkanku dari tidur pulas ini. Aku terkaget dan berteriak ketika melihat diriku tanpa busana di dalam kamar. Aku memanggil-manggil nama Troy. Tapi ia tak juga kunjung datang. Tiba-tiba ada suara dari pintu kamar. Aku segera bergegas mengenakan busanaku dan membuka pintu. “Nyonya, ini ada surata dari Tuan Troy. Tuan sudah pergi dari tadi pagi. Ia tidak ingin memabangunkan Nyonya yang tertidur pulas.” kata seorang pelayan. “Sayang, kamu jangan panik. Anggap aja kita gak pernah ngapa-ngapain. Kamu pulang sendiri ya, aku udah minta Pak Jim nganter kamu. Love, Troy” begitu bunyi surat Troy. Aku bingung dan tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memutuskan pulang dan mengikuti perintah Troy dalam surat yang ia tulis.

Kesalahan yang kami lakukan di malam itu ternyata berulang. Sekali dua kali bahkan berulang kali. Aku tidak bisa menolak keinginan Troy, lelaki yang sangat aku cintai. Sampai suatu hari, aku merasa ada yang aneh pada diriku. “Kok gue udah telat haid sebulan ya?” tanyaku pada diriku sendiri. Aku kemudian membeli tes kehamilan dan memakainya. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati apa yang kulihat. Positif! Alat itu menunjukkan tanda positif hamil. Aku menangis dan kemudian menelpon Troy. “Troy, aku hamil…” bisikku lirih di telpon. Troy kaget. Yang lebih menyedihkan, ia tak mempercayainya. “Kamu serius Van?” tanyanya tak percaya. Aku melanjutkan tangisku. Tak tahu harus berbuat apa.

Aku dan Troy akhirnya memberanikan diri untuk memberi tahu orang tua kami masing-masing. Mereka marah besar pada kami. Apalagi kami masih duduk di bangu SMA. “Vanessa kamu masih punya masa depan dan hidup yang panjang. Mau jadi apa kamu sekarang? Papa kecewa sama kamu. Kamu udah menghancurkan cita-cita Papa” bentaknya dengan nada tinggi. Aku hanya bisa menangis dan memohon maaf berulang kali. Mama yang biasanya membelaku juga ikut marah padaku. Orang tua kami akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan kami dari sekolah dengan alasan pekerjaan orang tua masing-masing. Teman-teman kami tidak ada yang tahu kejadian yang sebenarnya. Kami memang sengaja merahasiakannya karena malu. Setelah pengeluaran kami dari sekolah, kami akhirnya memutuskan untuk menikah. Tak pernah terbesit dalam otakku untuk menikah dalam usia 17 tahun. Apalagi 7 bulan lagi aku dan Troy akan menjadi orang tua dari anak yang aku kandung. Kami hanya bisa menyesali perbuatan nista yang telah kami lakukan. Tapi itu semua tidak ada gunanya.

Dan sekarang di usiaku yang ke 18 aku sudah menjadi ibu dari seorang anak perempuan cantik bernama Gabriella Epan. Nama indah yang diberikan oleh aku dan Troy. Tapi kehidupan sempurnaku kini telah berubah. Selain aku harus berhenti sekolah, keluarga suamiku sedang mengalami amsa sulit. Ayah Troy ditangkap polisi karena kasus korupsi. Kini perusahaannya bangkrut tak bersisa. Keluarga Troy menjadi hancur berantakan. Keluargaku memang sedikit lebih beruntung dibandingkan keluarga Troy. Namun karena ilmu yang kumiliki dan Troy terbatas, maka kami sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan karena keterbatasan itulah Troy yang dulunya hidup bergelimang harta hanya menjadi seorang pelayan di hotel bintang tiga yang berada di sudut kota. Sedangkan aku hanya bisa berdagang kue kecil-kecilan. Hasilnyapun tak seberapa. Orang tuaku tidak mau menghidupi keluarga kecilku ini. Tapi mereka masih mau mengakui Gabriella sebagai cucu mereka. Itu sudah lebih dari cukup bagiku dan Troy. Kini aku dan Troy menjalani hari-hari kami layaknya suami istri biasa. Terkadang aku merasa iri pada teman-teman sebayku. Mereka memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari aku. Mereka bisa menikmati masa muda mereka. Sedangkan aku kini menjalani kehidupan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Tidak ada komentar: